The Second Chance

Tittle                : The Second Chance

Cast                 : Choi Siwon, Im Yoona

Support Cast   : Lee Min Ho, Cho Kyuhyun, Seohyun

Genre              : Happy Ending, Romance, The Reunion

Rate                 : PG 13

Length             : Oneshot

Disclaimer       :

Cast Dalam ff ini merupakan tokoh real dan milik Tuhan YME

Namu alur ceritanya ASLI dan MURNI hasil imajinasiku

DON’T BE A PLAGIATOR !!!

Reri say           :

Annyeong chingudeul. Udah lama ya Reri gak update. Ada yang kangen kah sama FF gajenya Reri? *GR*

Oke, kali ini Reri bakal publish FF yang pernah Reri kirim di salah satu blog (SJFF). Disana Reri pake OC karena emang gak boleh di pairing sama GB. Jadi, FF ini udah Reri ubah sedikit main castnya. Kalau ceritanya hampir sama.

This is, YoonWon + SeoKyu FF again. *pas nulisnya emang Cuma mereka yang jadi inspirasinya* hahhaaa… emm, it’ll be a long shot. So, prepare your self! :p

Happy reading!!!

Kutatap dengan nanar undangan yang diberikan sekretarisku beberapa menit lalu yang masih tergeletak di atas meja kerjaku. Undangan yang didesain dengan elegant, berwarna emas dan terdapat logo Seoul Senior High School di pojok kanan atasnya. Aku belum bisa atau lebih tepanya ragu untuk membacanya.

Kutarik napas dengan dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Tangan kananku menjulur untuk mengambilnya, kubuka dan kubaca tanpa suara. Aku menghembuskan napas untuk kedua kalinya setelah mengetahui isi dari undangan ini. Undangan reuni angkatan 2008.

Aku meletakkan kembali undangan itu di tempat asalnya ketika ponsel yang ada di saku blazerku bergetar. Kulihat sekilas layar ponselku sebelum menggeser virtual hijau dan meletakkannya pada telinga kananku.

Yoboseyo[1].”

Yoboseyo. Waeyo[2], Hyun-ah?”

“Apakah harus ada alasan jika seseorang ingin menelpon sahabatnya?” Ujar Hyun kesal. Aku hanya tersenyum kecil  membayangkan wajah cemberutnya. Seohyun adalah sahabatku sejak kecil, kami sangat dekat bahkan tak terpisahkan. Salah satu dari kami pasti akan merengek jika kedua orang tua kami tidak mendaftarkan kami pada sekolah yang sama mulai dari sekolah dasar sampai ke sekolah menengah atas. Setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Inha University sedangkan Hyun memilih langsung terjun ke dunia entertainment. Aku lebih suka memanggilnya Hyun sedangkan Yoong adalah panggilan sayangnya padaku.

Aniyo[3], tapi aku sangat yakin kau tidak mungkin menelpon jika hanya ingin menanyakan kabarku, Hyun-ah. Aku tahu jadwal seorang aktris populer sepertimu pasti sangat padat,” Ujarku menggodanya.

“Hahaha… Jadwal syutingku tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan jadwal seorang presiden direktur perusahaan perhiasan terbesar di negeri ini,” Balasnya menggodaku.

Ais, kau telah tertular sifat evil kekasih pujaanmu itu. Sebaiknya kau mengakhiri hubunganmu dengan Kyuhyun, sebelum kau tertular lebih parah!” Ujarku.

“Sifat evilnya lah yang membuatku semakin mencintainya. Hahaha…” Ucapnya yang membuat kami berdua tertawa bersama.

“Emm, Yoong,” Ucap Seohyun lembut yang membuatku menghentikan tawaku.

Waeyo?” Tanyaku.

“Apa kau sudah menerima undangan reuni SMA kita?” Tanyanya hati-hati. Benar dugaanku, tidak mungkin Seohyun menelponku ditengah jadwalnya yang super padat jika hanya ingin menanyakan kabarku.

Ne[4],” Ucapku lemah dengan memandang undangan yang ada di atas meja kerjaku.

“Kau akan datang kan?” Tanyanya.

Molla[5]. Aku tidak yakin bisa datang.” Aku mendengar Seohyun menghembuskan napasnya.

“Jangan katakan jika ini karenanya, Yoong? Apa kau masih mencintainya?” Tanyanya yang membuat jantungku berdetak dengan cepat. “Kuanggap diammu itu sebagai iya. Ayolah, Yoong, hubungan kalian sudah lama berakhir. Aku tidak mau tahu, lusa kau harus datang!” Ucap Seohyun sebelum Ia memutus sambungan telpon secara sepihak.

Aku memijit pelipisku yang seketika berdenyut ketika mengingat kenangan-kenangan masa SMA ku bersama namja[6] yang sampai saat ini masih belum bisa hilang dari hati dan pikiranku. Kuakui, aku masih sering memikirkannya, aku masih sering melamunkan dirinya. Aku juga masih berharap padanya. Aku masih mencintai namja yang pernah mengisi hari-hariku selama 3 tahun itu. Sulit untukku menerima kenyataan bahwa hubungan kami telah berakhir sejak 4 tahun yang lalu, saat Ia memutuskanku demi melanjutkan kuliahnya di Amerika, meninggalkanku sendiri dalam kesepian.

oOo

‘Dandan yang cantik ya sayang! Awas kalau kau berani tidak datang. Aku tidak akan memaafkanmu.’ Kepalaku terasa pusing setelah membaca pesan singkat dari Seohyun, ternyata sifat pemaksanya belum hilang juga. Apa yang harus kulakukan? Apa sebaiknya aku datang? Aku sangat bingung.

Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa semua ini akan menyenangkan dan tidak akan terjadi apa-apa. Ia masih di Amerika, Aku tidak akan bertemu dengannya, Batinku. Aku beranjak menuju lemari pakaianku, mengambil beberapa dress dan mencobanya di depan cermin. Kuputuskan untuk mengenakan long dress berwarna merah muda yang terbuka pada bagian atasnya, mengekspos bahuku yang putih. Setelah itu, aku mulai merias wajahku dengan bedak tipis, eye shadow, maskara, blush on, dan terakhir aku memoleskan lipstik berwarna merah muda pada bibir tipisku. Simple dan natural. aku membiarkan rambutku yang hitam bergelombang tergerai, Aku hanya menatanya hingga rapi. Aku mengenakan high heel 12 cm yang berwarna hitam serta dompet kecil yang juga berwarna hitam sebagai pelengkap penampilanku. Kupandangi sekali lagi bayanganku di cermin untuk memastikan penampilanku hari ini.

oOo

Aku turun dari mobil yang dikemudikan oleh supirku setelah sampai di hotel bintang 5, tempat pelaksanaan reuni. Aku menyuruh Ahjussi[7] Han untuk pulang ke rumahnya karena Ahjussi Han memang tidak tinggal di rumahku. Aku yakin keluarganya telah menunggu. Nanti aku bisa pulang dengan taksi atau pulang bersama Seohyun, pikirku.

Aku melangkahkan kakiku menuju ballroom, semakin dekat makajantungku semakin berdebar tak karuan. Setelah mengisi buku tamu, aku langsung masuk ke dalam. Kusapukan pandanganku mencari sosok Seohyun ditengah keramaian ruangan ini. Seohyun duduk di meja bundar yang ada di tengah ruangan, aku beranjak menghampirinya. Seohyun berdiri dari tempat duduknya lalu memeluk dan mencium pipiku. Aku menggangguk sopan sebagai sapaan pada Kyuhyun dan 2 temanku yang lain yang juga duduk di meja bermuatan 6 orang ini, lalu duduk disamping kanan Seohyun.

Kami atau lebih tepatnya – Seohyun dan Kyuhyun- sedang asik mengobrol ketika aku mendengar sebuah suara yang sangat ku kenal menyapa Kyuhyun. Apa yang kutakutkan benar-benar terjadi. Seketika tubuhku membeku, aku menundukkan wajahku, tidak mampu untuk menatap wajahnya. Seohyun meremas tangan kiriku, berusaha memberiku kekuatan.

Annyeong[8], Yoona-ssi.” Rasa sakit seketika menjalari hatiku, Ia bahkan menyapaku dengan panggilan formal. Apa aku begitu asing baginya? Aku berusaha menguatkan hatiku, aku mendongak dan hendak membalas sapannya, tapi tak ada satu kata pun yang bisa keluar dari mulutku. Aku tercekat melihat tangan seorang yeoja[9] yang melingkar dengan manis di lengannya. Yeoja itu cantik, wajahnya putih bersinar, matanya berkilau dan Ia juga memiliki senyuman yang indah.

EmmAn-nye-ong, Min Ho Op-pa[10],” Ucapku terbata-bata. Aku belum siap untuk menghadapi situasi ini. Air mataku akan segera tumpah jika tidak kurasakan tangan seseorang merangkul bahuku. Aku tersentak dan menoleh ke arah kanan wajahku.

Mianhae[11] jagiya[12], jalanan macet total. Aku tidak bisa menjemputmu dan datang tepat waktu,” Ucapnya yang membuatku mengerutkan kening. Aku tidak mengerti dengan ucapannya. Ia adalah Choi Siwon, teman sekelasku dan Seohyun selama SMA. Walau sekelas, dapat kupastikan bahwa kami hanya sesekali berbicara, itu juga karena dia merupakan sahabat dekat Kyuhyun.

Jagiya? Apa kalian berdua pacaran?” Tanya Min Ho Oppa. Aku hendak menyangkalnya tapi Siwon mendahului ucapanku.

Ne, kami berpacaran. Apa ada yang salah?” Ucapnya yang membuat mulutku menganga lebar. Apa maksudnya mengatakan kalau kami berpacaran? Kami bahkan tidak bernah berkomunikasi lagi semenjak lulus SMA.

Chukkae[13].” Min Ho Oppa mengangguk mengerti lalu beranjak meninggalkan meja kami. Aku hendak berteriak bahwa ini tidak benar, tapi aku tidak bisa. Aku terlalu shock dengan semua ini. Aku mengalihkan pandanganku pada Siwon yang kini telah duduk, mengisi bangku kosong di samping kananku. Aku menatapnya dengan mata menyipit sedangkan Ia hanya tersenyum padaku.

Seohyun menatapku seakan meminta penjelasan, tapi aku hanya mengangkat bahuku sebagai jawabannya. Aku juga tidak mengerti dengan situasi ini. Kyuhyun mencairkan suasana dengan mengajak Siwon serta temanku yang lain untuk mengobrol. Aku hanya diam, berpura-pura menikmati makanan yang sebenarnya hanya kumainkan dengan sendok dan garpu di kedua tanganku.

Ekor mataku memandang tubuh Min Ho Oppa yang berada tidak jauh dari mejaku, Hatiku terasa semakin pilu ketika melihat Min Ho Oppa menyapukan ibu jarinya pada bibir yeoja itu. Mereka terlihat sangat mesra, layaknya dunia ini hanya milik mereka berdua. Apa Min Ho Oppa sudah melupakan semua kenangan diantara kami berdua? Aku tak tahan lagi melihat ini semua, aku beranjak dari tempat dudukku, aku ingin segera pulang.

Seohyun menahan pergelangan tanganku, tapi aku melepaskannya. Aku hanya menundukkan wajahku sebagai ucapan perpisahan pada seluruh orang yang ada di meja ini. Aku melangkahkan kakiku perlahan, mendongakkan wajahku untuk menahan Kristal-kristal bening pada sudut mataku.

Kurasakan ada yang menahan pergelangan tanganku ketika aku telah sampai di lobby hotel. Aku berbalik dan lagi-lagi melihat wajahnya. Aku menghentakkan tanganku, lalu menatapnya penuh amarah.

Waeyo? Apa alasanmu mengatakan kalau kita pacaran pada Min Ho Oppa? Kita bahkan sangat jarang atau bahkan bisa kusebut tidak pernah berkomunikasi. Apa kau ingin mempermainkanku, hah?” Aku meluapkan emosiku.

Ia hanya diam, tidak membalas ucapanku sama sekali. Ia merengkuh dan memeluk tubuhku yang bergetar. Aku ingin berontak, tapi Ia semakin mempererat pelukannya. Aku memukul dada bidangnya dengan kedua tanganku yang mengepal, lalu menangis di pelukannya. Ia membelai surai rambutku dengan lembut. Aku tidak peduli jika orang-orang menatap kami dengan aneh, aku hanya ingin meluapkan rasa sakit, kecewa dan amarah dalam hatiku.

Siwon melonggarkan pelukannya setelah tangisanku sedikit mereda. Ia menghapus air mata yang tersisa di wajahku dengan ibu jarinya. Ia menatap mataku lekat, seakan Ia juga merasakan kepedihan yang kurasakan.

“Aku akan mengantarmu pulang,” Ucapnya. Aku menggelengkan kepalaku, tapi Ia menarik tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. Aku pasrah, aku juga tidak ingin jika pulang dengan taksi dalam kondisi mengenaskan seperti ini.

Ia menghentikan mobilnya tepat di depan rumahku. Aku bingung, darimana Ia tahu alamat rumahku karena dari tadi Ia tidak menanyakannya padaku. Aku memandang wajahnya yang sekarang sedang menunduk. Lama kami terdiam sampai Ia turun dari mobil, lalu membukakan pintu mobil untukku. Aku menunggunya untuk mengatakan sesuatu, tapi Ia hanya mengantarku sampai depan pagar, kemudian Ia beranjak menuju mobilnya dan memacunya meninggalkan rumahku.

oOo

Mataku sembab, kepalaku berdenyut dan hidungku memerah. Semalaman aku menangis, menumpahkan rasa sakit yang kurasakan ketika melihat Min Ho Oppa bersama yeoja itu. Bayangan sikap romantis dan perhatian Min Ho Oppa pada yeoja itu tak pernah bisa hilang dari memori otakku satu detik pun. Aku membenci situasi ini, aku merasa sangat lemah hanya karena seorang namja, tapi Ia bukan namja biasa. Ia Min Ho Oppa, namja yang sangat kucintai karena dialah cinta pertamaku.

Aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi, Kuhidupkan shower dan aku terduduk di bawahnya. Kubiarkan air hangat membasahi seluruh tubuhku, berharap dapat menghapus semua rasa sedih yang kurasakan. Walau tidak sepenuhnya terhapus, setidaknya aku merasa sedikit lebih tenang. Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, aku beranjak menuju dapur. Perutku sudah tidak bisa diajak berkompromi.

Kubuka pintu kulkas, tapi tidak ada apa-apa. Ais, aku lupa untuk belanja mingguan. Aku memang hanya tinggal berdua dengan Ahjumma[14] Kyo di rumah ini, kedua orang tuaku sudah meninggal 2 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat menuju Jepang. Sejak itulah, aku mulai menggantikan posisi Appa[15] sebagai presiden direktur pada perusahaan yang telah dibangunnya dari nol. Seminggu yang lalu, putri Ahjumma Kyo jatuh sakit, aku mengizinkannya untuk pulang ke Busan sampai putrinya sembuh.

Aku kembali ke kamar, mengambil ponsel dan dompet. Aku harus belanja untuk kebutuhan sehari-hariku. Ponselku bergetar ketika aku sedang mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu.

“Yoong, kau harus menjelaskan kejadian semalam! Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau sudah menjalin hubungan dengan Choi Siwon, hah?” Aku menjauhkan ponsel dari telinga kananku, mendengar teriakan Seohyun.

“Apa kau tidak bisa mengecilkan volume suaramu, hah? Telingaku bisa pecah mendengar teriakanmu, Hyun-ah,” Teriakku padanya.

Mianhae. Sekarang ceritakan padaku, se-mua-nya!” Tekannya pada kata semuanya. Aku menghembuskan napas, aku tidak akan pernah bisa menolak keinginan sahabatku ini.

Ne, Tuan Putri Seohyun,” Ucapku. “Pertama, tidak ada yang perlu kuceritakan karena memang tidak ada yang terjadi antara aku dan Siwon. Kedua, Aku juga bingung kenapa Siwon bisa berbicara seperti itu di depan Min Ho Oppa. Ketiga, aku harus pergi sekarang, Hyun-ah. Aku lapar,” Ujarku memelas.

“Aku tidak percaya. Tidak mungkin Siwon berani berbicara seperti itu jika diantara kalian berdua tidak ada hubungan apa-apa. Kau membohongiku, Yoong.” Aku frustasi, bagaimana lagi caraku menjelaskan pada Seohyun agar dia bisa percaya padaku.

“Aku tidak berbohong. Itulah kenyataannya. Hyun, Aku lapar. Annyeong.” Tanpa menunggu jawaban dari Seohyun, aku langsung memutus sambungan telpon, jika tidak, bisa kupastikan Ia akan terus mengintrogasiku habis-habisan.

Aku terkejut ketika membuka pintu rumahku, Siwon berdiri dengan tegap, memandangku dengan senyuman. Apa yang Ia lakukan di depan rumahku pagi-pagi seperti ini? Ia mengangkat paper bag coklat pada tangan kanannya, menunjukkannya pada wajahku. Aku mengerutkan kening sebagai tanda tidak mengerti, lalu Ia berjalan dengan santai masuk ke dalam rumahku padahal aku belum mempersilahkannya. Aku tersentak, kemudian menyusulnya masuk ke dalam. Ia duduk di atas sofa ruang tamuku, mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku sinis.

“Membawakan sarapan untukmu. Kau pasti belum sarapan, kan? Aku membawa bubur dan sandwich kesukaanmu.” Sementara aku tercekat mendengar jawabannya, Ia melangkah menuju dapur dan menyiapkan makanan itu untukku.

“Aku tidak butuh makananmu, aku bisa menyiapkan makananku sendiri. Sekarang juga, cepat keluar dari rumahku!” Ucapku geram.

“Makanlah selagi masih hangat. Have a nice day, Yoona-ya!” Ia tersenyum lalu melangkah keluar dari rumahku. Aku masih terdiam, memandangi makanan yang telah tersaji di atas meja makan.

oOo

Setiap hari Siwon membawakan sarapan untukku sebelum Ia pergi ke kantor, terkadang Ia juga menawarkan untuk mengantarku pergi ke kantor, tapi aku selalu menolak dan membentaknya. Walau pun begitu, Ia tidak pernah menyerah.

Hari ini pun sama, Ia sudah ada di depan pintu rumahku ketika aku hendak pergi ke kantor. Ia mengenakan jazz berwarna biru tua dengan kemeja putih serta dasi yang senada dengan jazznya. Siwon mengangkat paper bag coklat yang bisa kutebak berisi makanan untukku.

“Aku sudah makan. Ahjumma Kyo telah kembali dari Busan, kau tidak perlu membawakan sarapan untukku lagi,” Ucapku sinis.

“Kalau begitu, ayo kita berangkat. Aku akan menjadi supirmu pagi ini.” Tangannya mempersilahkanku, Ia berlagak seperti seorang pelayan pada majikannya. Aku menggelengkan kepalaku melihat tingkah anehnya.

Aniyo, aku bisa pergi dengan Ahjussie Han,” Ucapku masih terkesan sinis. Ia menatapku dengan cengiran, membuatku semakin menatapnya aneh.

Ahjussi Han sudah kusuruh pulang, jadi kau tak punya alasan lagi untuk menolak ajakanku. Sekarang sudah pukul 7.20, Apa kau mau terlambat? Bisa kupastikan, kau akan kesulitan mendapatkan taksi pada jam sibuk seperti ini,” Ucapnya dengan memandang jam tangan pada tangan kirinya lalu Ia menatapku penuh seringaian. Aku balas menatapnya dengan rasa kesal. Aku menimbang apa aku harus menerima ajakannya, aku tidak ingin terlambat ke kantor.

“Kau begitu menyebalkan. Kajja[16]!” Aku berjalan mendahuluinya, setelah sampai di depan mobilnya, Ia kembali membukakan pintu mobil untukku. Jujur, aku sedikit terkesan dengan sikap gentlenya. Ingat, hanya SE-DI-KIT.

oOo

Kami sedang berada di Lotte World karena lagi-lagi Siwon memaksaku untuk menemaninya setelah pulang dari kantor. Katanya, Ia sudah lama sekali ingin ke taman bermain, tapi tidak ada yang bisa menemaninya. Tentu saja aku tidak percaya. Walau dengan berat hati, kuakui Ia lumayan tampan, mana mungkin tak ada seorang pun yang mau menemaninya. Pasti sangat banyak yeoja yang dengan senang hati menemaninya seharian penuh sekali pun.

Aku lelah dan merasa mual setelah mencoba berbagai macam permainan yang menantang adrenalin mulai dari kora-kora, halilintar, hysteria sampai tornado. Kami melanjutkan ke permainan yang lebih santai yaitu bianglala. Aku bisa melihat pemandangan Kota Seoul yang begitu indah di malam hari. Deretan gedung pencakar langit yang dihiasi dengan kerlap-kerlip lampu, membuatnya semakin menawan.

Aku menolehkan wajahku ke arah Siwon karena Ia tidak bersuara sama sekali, tidak biasanya Ia seperti ini. Wajahnya tepat menghadap padaku, ternyata dari tadi Ia menatap wajahku. Matanya beradu dengan mataku membuat rytme jantungku berdetak lebih kencang.

Hatchim.” Aku menutup mulut dengan kedua tanganku lalu mengalihkan pandanganku. Aku takut, jika Siwon menyadari suara detak jantungku.

Gwenchana[17]?” Tanyanya cemas. Ia melepaskan jazznya lalu menyampirkannya pada bahuku. Udara disini memang cukup dingin, Aku merasa lebih hangat sekarang.

“Aku baik-baik saja. Gomawo[18],” Ucapku lembut. Baru pertama kali aku berbicara dengan nada lembut padanya dan jatungku juga semakin berdetak lebih cepat, melihat tatapan teduhnya. Oh Tuhan, Apa yang sedang terjadi pada diriku?

Hampir semua permainan telah kami coba, aku mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar Lotte World. Mataku berbinar ketika melihat penjual kembang gula, aku menelan ludahku. Siwon mengikuti arah pandanganku, lalu Ia menarik tanganku menuju ke penjual itu. Kami membeli 2 bungkus kembang gula berwarna merah muda. Rasanya manis dan lezat.

Aku tengah asik menikmati kembang gulaku ketika mataku menangkap sosok yang selama ini berusaha kulupakan. Ia menggandeng tangan yeoja yang waktu itu kulihat di acara reuni. Min Ho Oppa melepaskan gandengannya lalu memeluk pinggang yeoja itu, mereka bertatapan dengan mesra lalu berjalan menuju permainan Tornado. Mataku tidak bisa lepas dari kedua sosok itu, Min Ho Oppa mengacak rambut yeoja itu, membuatnya mengerucutkan bibir.

Aku tidak bisa melihat mereka lagi karena sebuah tangan menutupi kedua mataku. Aku yakin ini tangan Siwon. Aku memberontak, tapi Ia tidak melepaskan tangannya. Ia malah menarikku untuk berdiri dan meninggalkan tempat ini masih dengan menutupi kedua mataku.

Aku memukul dadanya ketika Ia telah melepaskan tangannya dari kedua mataku. Sekuat tenaga aku menahan air mataku, tapi aku tidak berhasil. Air mata ini tetap tumpah, membasahi pipiku.

Waeyo? Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku ingin melihat Min Ho Oppa. Apa hakmu menutup mataku dan membawaku kesini?” Aku berteriak padanya. Wajahku mengeras dan tatapanku penuh kebencian, Aku sangat marah dengan sikapnya tadi.

“Aku muak dengan sikapmu yang seenaknya saja padaku. Aku benci kau perlakukan seperti boneka. Kau selalu memaksaku. Aku benar-benar membencimu Choi Siwon,” Ucapku penuh emosi. Ia tersentak mendengar ucapanku.

“Kau tanya kenapa? Apa kau masih belum bisa mengartikan semua sikapku padamu? Aku menyayangimu, Yoona, aniyo, aku mencintaimu. Aku lelah dan hatiku sakit melihatmu terus-terusan terluka oleh namja itu. Dia sudah mencampakkanmu. Im Yoona, sadarlah! Min Ho tidak mencintaimu lagi, Ia sudah memiliki kehidupan yang baru. Seharusnya kau juga begitu. Kau harus bisa menerima kenyataan!” Bentaknya padaku.

“Kau tidak berhak membentakku. Kau bukan siapa-siapa dan kau juga tidak ada hak untuk mengaturku. Aku bebas untuk mencintai siapapun, termasuk Min Ho Oppa. Itu bukan urusanmu.” Aku berteriak padanya, Ia hanya memandangku dengan tatapan sedih dan kecewa, tapi apa peduliku? Aku harus membuatnya menyadari siapa dirinya. Ia bukanlah siapa-siapa bagiku.

“Apa kau tau, Yoona? Aku sudah mencintaimu jauh sebelum Min Ho mengenalmu. Aku sudah mencintaimu sejak pertama kita bertemu saat pendaftaran murid baru. Aku selalu memperhatikanmu tapi kau tidak pernah menyadari keberadaanku. Aku bahagia melihatmu bahagia bersama Min Ho, tapi aku merasakan sakit yang teramat dalam ketika melihatmu bersedih ditinggalkan olehnya. Aku juga merasa sangat terpukul, melihatmu menangis saat orang tuamu meninggal. Aku ingin melindungimu Yoona, aku ingin menjagamu, tapi aku sadar, aku tidak akan pernah bisa. Aku selalu mengawasimu walau dari jauh dan saat reuni itu, aku tidak dapat mengontrol diriku lagi. Hatiku terasa begitu pilu melihat wajahmu yang terluka ketika melihat kedatangan Min Ho dan gadis itu. Kuyakinkan diriku untuk mendekatimu dan berpura-pura sebagai pacarmu dihadapan Min Ho. Aku melakukan itu semua karena aku ingin agar Ia menyadari bahwa dirimu begitu berhaga, bodohnya Ia telah mencampakkanmu. Hanya itu Yoona, hanya itu. Aku hanya ingin melihatmu kembali tersenyum walau itu menyakiti hatiku,” Ucapnya lirih. Aku tercekat mendengar ucapannya.

“Apa kau pikir aku tersentuh dengan semua penuturanmu? Tidak, sama sekali tidak. Aku membencimu Choi Siwon. Aku ingin kau pergi dari kehidupanku. Aku tidak mau lagi melihat batang hidungmu di hadapanku,” Ucapku kasar.

Siwon menggenggam tanganku dengan kuat sehingga aku tidak bisa melepaskan tanganku. “Aku tidak pernah lelah datang ke rumahmu walau kau selalu menghardikku asal aku yakin bahwa kau baik-baik saja. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak kekurangan apapun. Aku berusaha membuatmu melupakan Min Ho dan menyadari keberadaanku, tapi sepertinya semua usahaku sia-sia. Kau tidak akan pernah melihatku apalagi mencintaiku. Aku menyerah Yoona-ya, aku akan pergi. Aku tidak akan pernah muncul dihadapanmu. Aku akan menghilang selamanya, jika itu memang yang kau inginkan,” Ucapnya semakin lirih dan mengendurkan genggamannya. Aku merasa bersalah dan menyesali kata-kata kasarku tadi, tapi rasa egois lebih menguasaiku. Aku menghentakkan tangannya, lalu berlari meninggalkannya yang masih berdiri seperti patung.

Kuletakkan tangan kananku yang mengepal pada dada kiriku, berusaha menahan rasa sakit dan sesak yang menjalari hati dan jantungku. Kenapa? Kenapa Min Ho Oppa bisa melupakanku dengan cepat? Kenapa dia bisa mencintai gadis lain selain diriku? Kenapa aku tidak bisa sepertinya, kenapa?

Tangisku semakin menjadi ketika pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku. Supir taksi memandangiku dari kaca spion, tapi aku tidak mempedulikannya. Yang aku pedulikan sekarang adalah hatiku, hatiku yang sejak 4 tahun lalu telah hancur, kini semakin hancur berkeping-keping.

Aku membayar supir taksi, lalu keluar dari taksi dengan terhuyung. Aku berusaha menahan tubuhku agar tidak jatuh. Aku berhasil, kini aku telah sampai di dalam kamarku. Kuhempaskan tubuhku di atas kasur king size dan membenamkan kepalaku diatas bantal. Aku kembali menangis, tapi kali ini tanpa suara. Aku lelah, sangat lelah. Seketika, pandanganku mengabur dan perlahan berubah menjadi gelap.

oOo

Bunyi ponsel menarikku kembali dari alam bawah sadarku. Kukerjapkan mataku, terasa perih dan lengket karena air mata yang terus mengalir sepanjang malam. Tangan kiriku berusaha mencari ponselku dan setelah kudapatkan langsung reject tanpa melihat nama penelponnya, tapi ponselku lagi-lagi berbunyi, membuatku frustasi dan terpaksa mengangkatnya.

“Yoong, kenapa baru mengangkat teleponnya sekarang? Dari semalam, aku sudah menghubungimu ribuan kali. Siwon kecelakaan,” Teriaknya memekakkan telingaku. Dasar, Kyuhyun benar-benar telah menyebarkan virus evilnya dengan sangat baik pada Seohyun. Umpatku dalam hati.

“Yoong, apa kau mendengar ucapanku? Siwon kecelakaan,” Teriaknya kembali karena aku tidak merespon ucapannya. Tunggu, apa maksudnya dengan Siwon kecelakaan? Apa Seohyun ingin mengerjaiku?

Yak… Im Yoona,” Bentaknya.

“Jangan membohongiku. Kepalaku masih pusing, kalau kau hanya ingin mengerjaiku, kututup telponmu sekarang juga,” Balasku membentaknya.

Ais… Apa kau pikir aku bercanda untuk hal seserius ini, hah? Siwon kecelakaan dan sampai sekarang, keadaannya masih kritis. Cepatlah ke Seoul Asing Medical Center! Aku dan Kyuhyun menunggumu disini. Palli[19]!” Aku membanting ponselku di atas tempat tidur, lalu bergegas ke kamar mandi, mencuci muka seadanya dan kembali berlari ke arah lemari, mengambil baju yang pertama kali kulihat, kemudian memakainya dengan sangat cepat. Kuambil tas kecilku yang terletak diatas meja rias, memasukkan ponsel dan dompetku ke dalamnya. Aku hanya memakai flat shoes dan berlari keluar dari kamar.

Ahjumma Kyo menatapku heran, tapi aku tidak sempat untuk menyapanya. Aku langsung menyambar kunci mobil secara sembarangan yang ada di meja ruang tamu dan kembali bergegas keluar dari rumah. Ternyata aku mengambil kunci Audi hitamku, langsung kupacu mobilku dengan kecepatan diatas rata-rata.

Aku membanting pintu mobilku dengan kasar, lalu berlari masuk ke dalam rumah sakit. Bau khas rumah sakit memenuhi indera penciumanku yang seketika membuat perutku bergejolak. Aku menghentikan langkahku, mengatur napas yang memburu dan memegangi perutku. Beberapa orang yang lalu lalang menatapku dengan heran dan seorang suster menghampiriku.

Gwenchana, Agashi[20]?” Tanyanya sambil memegang pundak kananku.

“Aku tidak apa-apa, hanya merasa sedikit mual,” Ucapku sopan dan  Ia mengangguk mengerti.

“Tunggu sebentar, aku akan mengambil obat untuk Agashi.” Aku menahan pergelangan tangannya ketika Ia hendak meninggalkanku.

Aniyo, Aku tidak apa-apa. Sebentar lagi, aku yakin akan merasa lebih baik.” Ia menatapku sejenak lalu tersenyum.

“Baiklah. Semoga Agashi cepat sembuh,” Ucapnya dengan tersenyum lembut, lalu melangkahkan kakinya.

“Suster.” Ia berhenti dan kembali menatapku. “Emm… Dimana letak ruang ICU?” tanyaku.

“Dari sini, Agashi lurus saja, kemudian belok kanan saat ada persimpangan. Tak jauh dari situ adalah ruangan ICU.” Aku mengangguk mengerti mendengar penjelasannya.

Gomawo,” Ucapku dengan tersenyum. Ia membalas senyumanku, lalu melanjutkan langkahnya. Aku pun melangkahkan kakiku dengan lebar, mengikuti petunjuk yang diberikan suster tadi.

Aku melihat Seohyun duduk disamping Kyuhyun, Ia langsung menghambur ke pelukanku. Matanya sembab, menyiratkan bahwa Ia habis menangis. Kyuhyun menganggukkan kepalanya menatapku,  dan aku membalasnya. Seohyun mengajakku duduk disamping Kyuhyun.

“Bagaimana keadaannya?” Tanyaku pada Seohyun.

“Masih kritis. Kata Dokter, benturan di kepalanya cukup keras, sehingga Ia masih belum sadar sampai sekarang dan kemungkinan Ia akan koma untuk sementara waktu.” Lututku lemas mendengar kata-kata Seohyun. Bahuku bergetar dan tiba-tiba air mata mengaliri pipiku. Semua ini salahku, Aku yang menyebabkan kecelakaan ini. Aku menangkupkan kedua tanganku pada wajahku, aku menangis sesenggukan.

Kurasakan seseorang memelukku. Aku membenamkan kepalaku pada dadanya, terasa nyaman, tapi aku yakin ini bukan Seohyun, Aku berusaha mendongakkan kepalaku, lalu aku melihat wajahnya yang tersenyum padaku.

Uljimma[21]! Kita harus kuat, agar Siwon juga kuat. Ahjumma yakin, Siwon akan sedih jika melihatmu seperti ini,” Ucapnya sambil membelai rambutku. Aku bingung dengan ucapannya, tapi mulutku tidak bisa membuka untuk bertanya.

oOo

Sudah hampir seminggu Siwon dipindahkan dari ruang ICU, masa kritisnya telah berlalu, tapi kondisinya masih tetap koma. Selang-selang tertempel memenuhi tubuhnya, Ia hanya bernapas dengan bantuan oksigen dan menyerap nutrisi dari infus yang terpasang pada tangan kanannya.

Krek

Aku mendengar langkah kaki mendekat setelah pintu ruang VIP ini terbuka dan tertutup kembali. Aku menolehkan wajahku, ternyata Ahjumma Choi, Eommanya Siwon. Beliau tersenyum walau aku tahu, beliau memaksakan diri untuk tersenyum. Wajah cantiknya terlihat sayu dan pucat.

“Kenapa Ahjumma kemari? Ahjumma harus istirahat, wajah Ahjumma sudah terlihat pucat. Aku tidak ingin kalau Ahjumma juga jatuh sakit,” Ucapku sambil menggenggam tangannya.

Ahjumma bisa istirahat disini, Yoona-ya,” Ucapnya sambil melirik ke arah sofa.

Aku menggelengkan kepalaku. “Aniyo, Ahjumma harus benar-benar istirahat di RU-MAH,” Ucapku menekankan pada kata rumah.

“Bagaimana bisa Ahjumma istirahat di rumah dan membiarkanmu menjaga Siwon sendirian disini? Kau yang harus istirahat di rumah, Yoona-ya. Kau sudah lama tidak pulang ke rumah dan kau juga sudah lama tidak pergi ke kantor Yoona-ya. Ahjumma tidak ingin terus-terusan membebanimu.” Ahjumma memandang mataku lekat, lalu aku menundukkan kepalaku, menahan air mata yang hendak menetes dari sudut mataku.

“Aku tidak pernah merasa terbebani Ahjumma. Aku hanya ingin menjaga Siwon, setidaknya sampai Ia siuman. Kumohon, izinkan aku Ahjumma. Aku ingin menebus kesalahanku. Aku yang menyebabkan Siwon seperti ini. Aku…” Aku tidak mampu lagi menyelesaikan ucapanku, Ahjumma kembali memelukku seperti waktu itu, Perasaan hangat menjalari setiap tubuhku, yang membuatku semakin merasa bersalah.

Ahjumma Choi menangkup wajahku dan mata kami saling menatap. “Dengar, Ini bukan salahmu. Semua ini terjadi karena kehendak Tuhan dan kita harus yakin, ada hikmah dibalik semua ini. Kau harus ingat itu!” Aku memeluk Ahjumma Choi, berusaha menyerap kekuatan dan keyakinan untuk diriku sendiri.

“Yoona-ya, Ahjumma bersyukur bisa bertemu denganmu secara langsung. Selama ini, Ahjumma hanya mendengar tentangmu dari apa yang selalu Siwon ceritakan sejak pertama kali bertemu denganmu. Ia terlihat sangat berbeda saat menceritakan dirimu, matanya lebih bersinar dan wajahnya ceria. Setelah Ahjumma bertemu denganmu, Ahjumma tidak heran kenapa Siwon sangat mencintaimu. Kau tidak hanya cantik, tapi hatimu juga sangat baik.”

Aku hanya terdiam seperti patung, aku tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun mendengar kata-kata Ahjumma. Mataku menatap Siwon untuk beberapa saat, kemudian kembali menatap Ahjumma Choi. Ahjumma bangkit dari tempat duduknya, menyeka air matanya dan mencoba untuk mengukir senyum di wajahnya. “Baiklah, untuk malam ini Ahjumma akan istirahat di rumah. Siwon, Ahjumma serahkan padamu. Tolong jaga dia dan telepon Ahjumma atau Ahjussijika ada sesuatu. Mianhae merepotkanmu lagi, Yoona-ya.”

Ahjumma tidak perlu khawatir, aku akan menjaganya dengan sepenuh hatiku.” Aku tercekat dengan kata-kataku sendiri. Ahjumma Choi mengangguk dan membelai rambutku sebelum melangkah keluar.

Aku mendekatkan kursiku dengan tempat tidur Siwon. Aku menatapnya yang seakan tidur dengan sangat nyenyak. Kugenggam tangannya dengan kedua tanganku, rasanya sama seperti pertama kali Ia menggenggam tanganku, hangat.

Mianhae Siwon-ah. Aku yang membuatmu seperti ini. Aku terlalu egois dengan perasaanku sendiri, tak pernah memikirkan perasaanmu. Aku bersikap seolah akulah orang yang paling menderita di dunia ini, padahal rasa sakit yang kurasakan tak sebanding dengan yang kau rasakan karena sikapku. Kuakui, aku yeoja bodoh, aku mengabaikanmu karena Min Ho Oppa. Benar apa yang kau ucapkan padaku waktu itu, Aku harus menerima kenyataan dan sekarang aku telah menerima kenyataaan, Siwon-ah. Aku telah merelakan Min Ho Oppa. . Aku sadar bahwa sebenarnya bukanlah perasaan cinta lagi yang kurasakan pada Min Ho Oppa, aku hanya tak bisa menerima dia meninggalkanku secara sepihak. Kaulah yang menyadarkanku Siwon-ah.”

Aku menatap wajahnya, berharap dia membalas kata-kataku, tapi tidak ada. Ia tetap diam, tak bergerak sedikitpun. “Siwon-ah, kumohon bangunlah. Makilah aku, atau kalau kau ingin, kau bisa menamparku! Aku rela Siwon-ah, tapi kumohon bangunlah. Aku tidak kuat melihatmu seperti ini terus – menerus. Aku ingin melihatmu marah padaku, aku ingin mendengar bentakanmu dan aku merindukan sikap memaksamu. Bangunlah Siwon-ah! Apa kau sudah melupakan aku? Apa kau sudah melupakan ucapanmu waktu itu? Kau bilang, kau mencintaiku? Kau juga bilang, kau tidak ingin melihatku menangis? Kau yang membuatku sekarang menangis Siwon-ah. Kumohon, bangunlah! Aku berjanji, aku akan melihatmu, aku hanya akan melihatmu. Bangunlah, Kumohon, bangunlah!”

Bahuku bergetar dan tangisanku yang semula hanya isakan telah berubah menjadi raungan. Hatiku terasa sangat sakit, belum pernah aku merasakan perasaan sakit dan frustasi seperti ini, bahkan ketika aku melihat Min Ho Oppa dengan yeoja itu pun tak sesakit ini yang kurasakan. Aku sadar, jauh dilubuk hatiku, aku sudah menerima kehadiran Siwon. Aku merindukan saat-saat bersamanya. Tuhan, kumohon untuk kali ini beri aku kesempatan untuk menyampaikan perasaanku yang sesungguhnya. Berilah keajaibanmu pada Siwon. Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikannya lagi. Aku mohon, Tuhan.

Aku semakin mengeratkan genggaman tanganku pada tangan kanan Siwon, lalu aku mencium permukaan tangannya. Aku ingin dia menyadari bahwa aku ada disini, aku ingin dia sadar dan memelukku dengan erat. Kepalaku berdenyut, mungkin karena aku terlalu banyak menangis.

Sepertinya aku merasakan jemari Siwon yang masih berada di genggamanku bergerak. Apa hanya halusinasiku atau memang nyata? Aku ingin memastikannya, tapi kepalaku semakin berdenyut, ruangan ini seakan berputar dan seketika pandanganku berubah menjadi gelap.

oOo

“Yoong, ireona! Yoong.” Aku merasa seseorang menepuk-nepuk pipiku. Aku ingin membuka mataku, tapi rasa sakit di kepalaku semaki menjadi. Aku diam sebentar, mencoba menghalau rasa sakit itu dan aku berhasil. Perlahan aku membuka mataku. Putih, hanya warna putih yang kulihat dan ketika aku memiringkan kepalaku sedikit, aku melihat tatapan panik Seohyun.

“Yoong,” Ucapku lemah.

“Jangan banyak bicara dulu, kondisimu masih sangat lemah Yoong. Sudah berapa hari kau tidak tidur, hah? Dan kapan terakhir kau makan? Ais, kau benar-benar keras kepala. Sudah berapa kali kukatakan, kau juga harus istirahat dan menjaga kondisi tubuhmu agar tetap fit,” Ucap Seohyun kesal karena aku selalu mengabaikan nasihatnya.

Mianhae. Aku malah merepotkanmu, aku benar-benar tidak berguna.” Seohyun menatapku geram lalu mencubit pipiku.

“Siapa yang mengatakan kau tidak berguna? Kalau bukan karena dirimu, tidak mungkin Siwon bisa bertahan sampai sekarang. Tidak mungkin Ia bisa sadar dari komanya dalam waktu yang cepat seperti ini. Itu semua karena kau Yoong.”

Aku membelalakkan mataku mendengar kata-kata Seohyun. Aku tidak salah, Seohyun mengatakan kalau Siwon telah sadar dari komanya. Apa ini hanya mimpi, Tuhan?

Yak, Yoong. Apa kau akan terus memandangiku dengan mata melotot seperti itu, hah?” Ucapnya kesal.

Aku mengabaikan ucapannya dan berusaha bangkit dari tempat tidurku. “Dimana Siwon? Aku ingin melihat keadaannya.” Seohyun menghembuskan napas, tidak berusaha mencegahku karena dia tahu itu akan percuma. Ia membantuku berdiri, dan memapahku menuju ruangan Siwon.

Aku memutar kenop pintu dan aku melihat Ahjumma sedang duduk dengan menggenggam tangan Siwon sedangkan Ahjussi berdiri disamping tempat tidur Siwon. Mereka sedang berbincang, aku bisa mendengar isakan tangis Ahjumma. Aku mengurungkan niatku untuk masuk dan ketika hendak menutup pintu, Ahjussi Choi menolehkan kepalanya, Ia menatapku penuh senyuman dan mengajakku masuk dengan tangannya. Matanya merah, sepertinya Ia menahan tangisannya dengan keras.

Aku melangkahkan kakiku, semakin aku mendekati tempat tidur itu, langkahku semakin berat. Dadaku bergemuruh, kakiku lemas. Aku takut Siwon akan membenciku. Aku takut Ia akan mengabaikanku, aku terlalu takut jika semua itu benar-benar terjadi. Aku menggenggam tangan Seohyun dengan keras.

Aku menghentikan kakiku, menatap Seohyun sejenak, Ia memberikan senyuman semangat untukku. Aku berusaha mengumpulkan keberanianku. Aku melepaskan tangan Seohyun dan maju satu langkah, tepat menghadap ujung tempat tidur Siwon.

Ia menatapku, tapi aku langsung menundukkan kepalaku. Aku mendengar Ahjussi, Ahjumma dan Seohyun melangkah keluar, hanya meninggalkan aku dan Siwon dalam ruangan ini. Aku mendongakkan kepalaku, mata kami bertatapan, lama dan semakin dalam.

“Kemarilah!” Ucapnya masih dengan suara yang lemah. Aku mendekat dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Ahjumma Choi. Suasana disini sangat hening, aku bahkan bisa mendengar bunyi denting jam dinding yang terdapat di tengah ruangan. Aku meremas kedua tanganku untuk mengalihkan rasa gugup yang kurasakan.

Gomawo,” Ucapnya memecah keheningan.

Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya. “Tidak perlu mengucapkan kata itu karena aku tak pantas mendengarnya. Aku yang menyebabkanmu seperti ini, bagaimana bisa kau berterimakasih padaku? mianhae, mianhae, jeongmal[23] mianhae. Aku tahu, sangat banyak kesalahan yang kulakukan padamu, tapi kumohon maafkan aku. Aku akan melakukan apa saja yang kau mau asal kau memaafkanku.” Aku tak mampu lagi untuk menahan Kristal bening yang telah menetes, membasahi pipiku.

Ia mengulurkan tangannya dengan susah payah, lalu menghapus air mataku dengan ibu jarinya. “Kau masih cengeng, kenapa kau sangat suka menangis, Yoona-ya? Aku tidak suka melihat air matamu. Kumohon berhentilah menangis. Ini semua bukan salahmu, aku yang tidak fokus mengemudi dan menabrak pembatas jalan itu, tapi aku bersyukur, Yoona, karena dengan kecelakaan ini, aku bisa mendengar semua isi hatimu. Kata-katamu yang menarikku kembali ke dunia ini. Aku sangat berhutang paamu, Yoona-ya. Gomawo, jeongmal gomawo.” Ia tersenyum dengan sangat manis, aku terpana melihatnya. Aku pun menarik kedua sudut bibirku, memberinya senyum termanis yang bisa kuberikan.

Siwon menarikku ke dalam pelukannya. Aku membalas pelukannya dengan erat, aku takut jika dia pergi dari sisiku lagi. Aku mengendurkan pelukanku ketika sadar mungkin aku menyakitinya, tapi Ia malah mengencangkan pelukannya pada tubuhku, menghirup aroma dari tubuh kami masing-masing.

Jeongmal saranghae[24], Im Yooa,” Bisiknya pada telingaku. Aku mengembangkan senyumku dan membalas bisikannya “Naddo, Siwon Oppa. Jeongmal saranghae.” Ia semakin mengeratkan pelukannya, merefleksikan apa yang Ia rasakan. Sepertinya ada kupu-kupu yang beterbangan di perutku, aku sangat menikmati sensasi ini. Rasanya geli, tapi menyenangkan.

Walau dengan enggan, aku melepaskan pelukan kami secara perlahan. “Oppa, harus istirahat. Aku akan tetap disini menemani Oppa,” Ucapku.

Ia menggelengkan kepalanya. “Aniyo, Aku masih ingin memandangimu. Aku sangat meindukanmu.” Ia mengehentikan ucapannya sejenak, lalu menggenggam tanganku dan menatap mataku lekat. “Will you marry me?”

Aku tersentak dengan pertanyannya, aku tidak pernah menyangka akan mendengar ucapan itu dari mulut Siwon secepat ini. Aku mengembangkan senyumku, “I will say yes if you promise me that you will sleep after this,” Ia membelalakkan matanya dan terlihat rasa bahagia dari wajahnya.

I Promise. Gomawo, jagiya.” Ia menarik kepalaku dengan tangan kanannya, lalu mengecup keningku cukup lama. Setelah itu, aku membantunya membenahi posisi bantal agar Ia merasa nyaman. Tidak perlu waktu yang lama, Siwon Oppa mulai tertidur dengan nyenyak. Mungkin kondisinya belum pulih seutuhnya sehingga Ia cepat merasa lelah. Kutelusuri wajahnya dengan tanganku, Ia sangat tampan dan bodohnya aku baru menyadarinya sekarang.

“Terimakasih Tuhan, kau mengabulkan permintaanku, kau memberi keajaiban pada Siwon Oppa, aku berjanji akan terus berada disisinya. Aku akan menyayangi dan mencintainya dengan sepenuh jiwa dan ragaku. Aku tak akan pernah menyianyiakan kesempatan kedua yang kau berikan untukku dan Siwon Oppa. Lindungi dan jagalah kami dalam perasaan cinta yang semakin membuncah setiap harinya. Aku mempercayakan hidup kami berdua pada-Mu, Tuhan. Aku yakin dan percaya, Kau akan memberi yang terbaik bagi masa depan kami berdua,” Doaku dalam hati.

END…

 

Gaje akut?

Hahaa.. mianhae chingu *bow*

Oya, karakter Seohyun disini emang sengaja dibuat nggak sama kayak Seohyun Eonnie yang ‘angel’ abis. Disini Eonnie rada-rada evil dikit *ketularan kyuppa* xD

Ini beberapa arti dari kosa kata Korea yang dipakai pada FF diatas. Mianhae kalau ada arti yang masih kurang pas.

[1] Yoboseyo  = Halo

[2] Waeyo = Kenapa

[3] Aniyo = Tidak

[4] Ne = Ya

[5] Molla = Tidak tahu

[6] Namja = Laki-laki

[7] Ahjussi = Paman

[8] Annyeong = Salam atau ucapan salam, jadi bisa berarti selamat pagi, selamat siang, selamat sore atau pun selamat malam, selain itu juga bisa berarti apa kabar.

[9] Yeoja = Perempuan

[10] Oppa = Panggilan wanita pada pria yang lebih tua.

[11] Mianhae = Maaf

[12]  Jagiya = Sayang

[13] Chukkae = Selamat

 [14] Ahjumma = Bibi

[15] Appa = Ayah

[16] Kajja = Ayo

[17] Gwenchana = Apa kau baik-baik saja?

[18] Gomawo = Terimakasih

[19] Palli = Cepat

[20] Agashi = Nona

[21] Uljimma = Jangan menangis

[22] Ireona = Bangun

[23] Jeongmal = Sungguh-sungguh

[24] Saranghae = Aku mencintaimu

About choireri

I'm not a writter, but I LIKE writing. Siwon is my priority bias and I like YoonWon + SeoKyu too ^^ author at CRFF

Posted on September 30, 2012, in Fan Fiction, Oneshot and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink. 117 Comments.

  1. ff’y sangat menyentuh.. q sangat trharu.

  2. Anggun YoonAddict SY

    Kern banget 🙂

  3. aigooooo….hrs nya ending nya smp pny baby thor #tinggalbacanawar 😛
    kerreeennn thor (y)

  4. Yaampun ini salah satu os yang bener2 buat hati aku terenyuh, duh thor sequel please
    demi apa keren bgt perjuangan siwon oppa

  5. wooowww daebak….akhirnya cinta wonppa membuahkn hsik jg…ush mu tdk sia.” oppa..

  6. Daebakk! Keren bgt thor.

  7. sweet deh.. perjuangan siwon patut diancungi jempol…ddaeebakk… akhirnya yoona sadar…

  8. Terharu bgt waktu baca ceritanya sampe nangis segala n sempet mikir kalo siwonnya bakal meninggal tapi akhirnya gak n perjuangan siwon gak sia” karna sekarang yoona udah balas perasaannya dia..

Leave Your Words, Chingudeul ^^