The Wedding Without Heart Part 3

Judul                     : The Wedding Without Heart Part 3

Cast                       : Choi Siwon

Im Raena (OC) *reader bisa anggep siapa aja*

Support Cast      :  you will find them

Genre                   : Romance

Rate                       : G

Length                  : Chapter 3 of (?)

Disclaimer           :

Beberapa cast dalam ff ini merupakan tokoh real dan juga OC

namun alur ceritanya ASLI dan MURNI  hasil imajinasiku.

DON’T BE A PLAGIATOR !!!

 

Fiuh…

Ahirnya selesai juga part 3 dari ff abal-abal ini..

Buat chingu yang sudah baca part sebelumnya silahkan dilanjutkan baca part ini tapi buat yang belum, silahkan baca part sebelumnya dulu….

Obrak abrik aja library Reri

😀

Happy reading chingudeul 🙂

Raena Pov

Berulang kali aku menggelengkan kepala, berharap bahwa semua ini hanya mimpi. Tapi tidak, Masih teringat dengan jelas kata-kata ahjusie choi semalam, kami –aku dan Choi Siwon- harus melangsungkan pernikahan secepatnya. Bagaimana mungkin aku menikah dengan namja yang baru kukenal kemarin?. Aku harus membicarakan hal ini lagi dengan Siwon, kami harus mengubah pendirian appa dan eommanya.

Aiss… Sudahlah, aku tak ingin memikirkan masalah itu dulu. Hanya membuat kepalaku pusing. Sekarang, aku harus menyelesaikan urusanku dengan lelaki buaya tukang selingkuh  terlebih dahulu.

Kulangkahkan kakiku ke ruang kerja Presiden Direktur Park Corporation. Tanpa mengetuk, langsung kuputar kenop pintu dan pemandangan kali ini mengejutkanku kembali.

Aku melihat Jung Soo sedang bercumbu dengan sekretaris itu lagi. Emosiku memuncak, kulangkahkan kakiku dengan cepat dan mengebrak meja kerjanya.

“kalian berdua benar-benar keterlaluan.”

“Raena” Jungso oppa terkejut melihatku ada dihadapannya.

“wae? Kau terkejut melihatku disini? Apa oppa lupa kalau pa-car-mu ini juga bekerja disini? Hah?” sengaja kutekan pada kata pacar.

“emm.. mianhae jagiya, aku akan menjelaskan semuanya.” Ia bangkit dan berjalan mendekatiku tapi kutepis tangannya yang berusaha memegang tanganku.

“tak ada yang perlu dijelaskan lagi Jungso-ssi. Aku sudah dua kali melihat kalian berdua bercumbu. Dan kau, Yuri agashi. Kau benar-benar tidak tahu malu. Apa tidak ada pria lain lagi di dunia ini sampai merebut kekasih sahabatmu sendiri. Apa salahku padamu Yuri-ah?”

“mianhae jagiya. Ini bukan salah Yuri, akulah yang salah.” Jungso oppa menatapku dengan penuh rasa bersalah tapi tidak, aku tak akan terpengaruh dengan tatapannya itu lagi.

“kau bahkan membelanya. Ya, aku tahu sekarang apa yang harus kulakukan. kau tak perlu meminta maaf padaku Jungso-ssi. Aku tak akan pernah memaafkan kalian berdua.”

“Raena, mianhae. Tolong maafkan kesalahan kami Raena-ah.” Yuri menatapku dengan mata sendunya.

“apa aku tidak salah sengar? kau memintaku memaafkan kesalahan kalian berdua? Oh.. Kalian benar-benar memuakkan. Yuri agashi, mulai sekarang kau bukan sahabatku lagi dan kau Jungso-ssi. Hubungan kita berakhir sampai disini.” aku berbalik untuk melangkah pergi tapi kuhentikan langkahku dan kembali menatap mereka dingin.

“kalian berdua tak perlu khawatir melihatku lagi disini, akan kukirimkan resign letterku secepatnya.”

Setelah mengatakan itu semua, aku berlari keluar. Aku tak sangggup lagi ada ditempat ini. hatiku terlalu sakit. Butiran-butiran kristal yang dari tadi kutahan dengan kuat akhirnya tumpah juga. Tak kupedulikan tatapan orang-orang disekitarku. Yang aku mau hanya cepat sampai di mobil dan meninggalkan tempat ini secepatnya.

Kupacu mobilku dengan cepat dan kuhentikan ketika sampai disebuah taman dekat dengan apartemenku. Aku memang sering mendatangi tempat ini. Jejeran pohon yang rindang menciptakan suasana yang tenang dan damai.

Aku duduk disebuah bangku di ujung taman ini. Kutundukkan kepalaku dan dengan cepatnya butiran-butiran kristal itu berkejaran keluar dari mataku. Isakanku semakin kencang dan rasa sesak di dada kiriku kembali kurasakan. Rasa sesak itu semakin terasa ketika bayangan-bayangan tadi kembali berputar di otakku. Aku tak mampu menahan ini lagi.

Kurasakan getaran hp di saku blazerku. Kuabaikan tapi hpku kembali bergetar. Segera kuambil dan langsung ku geser panah hijau dari layar androidku.

“Yoboseo”

“Yoboseo, siapa ini?”

“aiss.. ternyata, kau tak menyimpan nomorku. Ini Siwon. kenapa dengan suaramu? Apa kau sedang menangis?” tanyanya cemas.

 “aniyo, waeyo Siwon-ssi kau menelponku?”

“dimana kau sekarang?”

“ditaman dekat apartemenku, waeyo?”

“tunggulah disana dan jangan kemana-mana? Araseo?”

Belum sempat aku menjawab, Siwon telah memutuskan sambungan telpon. Apa maksudnya tadi jangan kemana-mana? Apa Ia akan kesini?. Terserahlah, Aku tak mampu berpikir lagi. Terlalu banyak beban pikiran yang memenuhi kepalaku saat ini. Kumasukkan kembali ponselku ke dalam saku blazer putihku. Kuhapus air mataku dengan punggung tanganku tapi tidak bisa, air mataku malah mengalir semakin deras.

End Raena pov

——–

Siwon Pov

Awalnya, aku menelpon Raena untuk mengajaknya bertemu membicarakan apa yang dikatakan appa semalam. Tapi, langsung kuurungkan niatku ketika mendengar suaranya yang parau. Aku tahu dengan pasti, yeoja itu sedang menangis. Walau aku tak tahu penyebabnya tapi aku harus kesana. Entah apa yang membuatku berpikir begitu. Aku berlari kearah mobilku dan memacunya secepat mungkin.

Kuhentikan mobilku setelah sampai di taman dekat apartemen Raena. Aku melihat ada penjual es krim di ujung taman. kulangkahkan kakiku dan membeli 2 buah es krim. Satu rasa strawberry dan satu lagi rasa coklat.

Aku berdiri dihadapannya dan menyodorkan dua buah es krim tadi didepan wajahnya. Ia menatapku heran.

“Mau yang mana? Strawberry atau Coklat?” tanyaku.

“Strawberry”

Aku menyerahkan es krim rasa strawberry itu padanya dan aku pun duduk disebalahnya.

“Kenapa kau memberiku es krim?”

“karena es krim bisa membuat perasaan seseorang kembali nyaman. Aku selalu makan es krim ketika perasaanku tidak tenang dan aku tahu, perasaanmu sekarang sedang tidak tenang.”

Ia menganggukkan kepalanya mendengar jawabanku dan Ia kembali menikmati es krimnya. Kami terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Gomawo. Aku sudah merasa sedikit tenang sekarang.” katanya dengan sangat lemah. Jika disini tidak hanya ada kami berdua, mungkin aku tak dapat mendengar suaranya tadi.

“cheonmaneyo” ucapnya sambil menatapku sekilas.

Aku sangat ingin bertanya penyebab Ia menangis seperti tadi tapi aku takut malah akan membuat perasaannya kembali memburuk.

“kenapa kau menelponku tadi? Apa ada yang ingin kau bicarakan Siwon-ssi?” tanyanya memecah keheningan.

“emm.. sebenarnya aku ingin membicarakan apa yang dikatakan appa semalam tapi lain kali saja. Aku tahu, kau sedang tidak dalam mood yang baik.”

“gwenchanayo, katakan saja. Aku sudah merasa lebih baik sekarang.”

“aniyo, lain kali saja.”

“katakan saja Siwon-ssi, aku juga ingin membahas itu denganmu.”

“yakin kau sudah baikan?”

“ne”

Aku menghirup napas dan menghembuskannya dengan mulutku. Berusaha mengumpulkan tenaga dan menghilangkan tekanan yang kurasakan sejak semalam.

“tadi appa menelponku dan appa meminta kita menemuinya lagi siang ini dirumah. Sepertinya appa ingin kembali membahas tentang pernikahan kita.” kataku dengan menatap kedepan.

“apa appamu tidak bekerja?” Ia menatapku heran.

“bekerja tapi memang sudah menjadi kebiasaan appa untuk makan siang bersama eomma. Appa selalu meluangkan waktu untuk eomma. Aku sangat ingin menjadi seperti appa jika sudah berkeluarga nanti. Menikah dan selalu menghabiskan waktu bersama orang yang aku cintai tapi sepertinya itu tidak akan terjadi.” Aku menunduk dan menghembuskan nafas sekali.

“ooooo… apa kita tidak bisa mengubah pendirian orang tuamu lagi Siwon-ssi? Kita belum mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin kita menikah?”

Aku memutar badanku dan kini kami saling berhadapan. Matanya tepat menatap mataku intens.

“kalau aku bisa pasti sudah kulakukan Raena-ssi. Keputusan appa sudah bulat dan sangat sulit bahkan mungkin kita sudah tidak bisa lagi mengubahnya, kecuali …..” aku menghentikan ucapanku ketika terpikir satu ide di otakku.

“kecuali?” tanyanya dengan mengerutkan kening.

“kecuali kalau orang tuamu tidak menyetujui pernikahan ini. kau bisa membujuk orang tuamu kan Raena-ssi.” aku menatapnya penuh harap.

“huwa… kenapa aku tak terpikirkan tentang ini. idemu benar-benar brilian Siwon-ssi. Kalau orangtuaku tidak setuju tak mungkin orangtuamu tetap memaksa kita berdua untuk menikah. Aku harus segera menghubungi appa dan eomma.” katanya dengan mata berbinar.

“ne.. kau harus menghubungi mereka Raena-ssi. Cepatlah hubungi mereka sekarang.” kataku antusias.

Raena segera mengeluarkan ponsel dari saku blazernya. Memencet layar touch screennya dan meletakkan ponsel itu ditelinga kanannya. Lama Ia menunggu, sepertinya tak ada jawaban. Ia mencoba lagi beberapa kali tapi tetap tak ada jawaban. Ia mengembalikan ponselnya lagi pada saku blazernya dan menatapku dengan tatapan sendu.

“waeyo?” tanyaku.

“appa dan eomma tak ada yang menjawab telponku. Aigoo… Bagaimana ini Siwon-ssi?”

“yasudah, kau coba lagi saja nanti mungkin sekarang mereka sedang sibuk.” aku mencoba menenangkannya karena kulihat raut wajahnya sangat kecewa. Ia mengangguk dan kami kembali menikmati suasana taman ini dalam diam.

Setelah beberapa menit, aku beranjak dari tempat duduk dan merentangkan kedua tanganku ke atas. Kuhirup dalam-dalam udara di taman ini. Seketika udara itu langsung menyegarkan seluruh rongga dada dan paru-paruku.

 “aigoo.. sudah lama aku tak menikmati suasana seperti ini. sepertinya benar yang dikatakan Nickhun, aku memang terlalu sibuk dalam bekerja.” kataku sambil tersenyum senang.

“Kau seperti anak kecil jika seperti itu Siwon-ssi” cibir Raena.

“Biarlah, yang penting aku merasa senang. Ayolah kau coba seperti apa yang kulakan Raena-ssi. Ini sangat mengasikkan.”  Aku menarik tangannya tapi Ia menepisnya.

“aniyo, aku tidak mau terlihat kekanakan sepertimu Siwon-ssi.”

“aigoo.. apa kau tidak sadar, disini hanya ada kita berdua. Tak akan ada yang mengejek kita. Come on.” Kutarik lagi tangannya dan kini Ia mengikuti seperti yang kulakukan tadi.

“kau benar Siwon-ssi. Ini benar-benar mengasikkan. Aku merasa lebih segar sekarang” Ia menatapku dengan tersenyum lebar dan menghirup udara terus menghembuskannya lagi.

Kami tertawa bersama, menikmati suasana taman yang begitu rindang ini. Sejenak melupakan masalah yang ada.

End Siwon Pov

——–

Raena Pov

Dua jam kami menghabiskan waktu di taman. Aku merasa lebih baik sekarang. Siwon berhasil membuatku kembali tersenyum riang. Melupakan kelakuan Jung Soo dan Yuri yang telah menghianatiku. Aku harus menghapus kejadian menyakitkan itu dari memori otakku.

Setelah mengembalikan mobilku di apartemen. Aku naik ke mobil sport Siwon dan kami melaju ke kediaman keluarga Choi. Tak butuh waktu lama. Aku kembali menginjakkan kakiku untuk kedua kalinya di rumah yang bergaya eropa ini.

Rumah ini sangat besar dan mewah. Bahkan lebih besar dari rumah-rumah yang sering digunakan dalam drama terkenal Korea Boys Before Flowers maupun drama terkenal yang berasal dari Taiwan Romantic Princess. Siwon mengatakan kalau rumah ini di desain khusus oleh eommanya. Selera ahjumma Choi memang luar biasa.

Siapapun akan terpukau ketika memasuki  area kediaman keluarga Choi ini. Dari pagar depan rumah kita akan disambut dengan taman yang begitu luas. Taman ini dihiasi oleh bunga-bunga yang begitu indah dan berwarna-warni yang dirawat dengan sangat rapi. Taman ini semakin cantik dengan adanya air mancur yang ada ditengah taman.

Disamping kiri halaman rumah Siwon, terdapat garasi yang dijejeri dengan mobil-mobil mewah dari berbagai merk terkenal di dunia. Bahkan, aku mellihat ada beberapa mobil yang merupakan limited edition.

Kami melangkah menuju pintu utama dan sama seperti semalam, kami disambut oleh puluhan pelayan yang membungkuk hormat ketika kami melewati mereka. Sejak kecil, aku juga dilayani oleh banyak pelayan tapi tidak pernah seperti ini. Aku berpikir, siapa sebenarnya namja yang ada disampingku ini. Apa keluarga Choi memang sangat kaya?

Aku berpikir dengan keras sampai akhirnya aku mendapatkan pencerahan dan kulirik sekali lagi wajah Siwon-ssi untuk meyakinkan spekulasiku. Kurutuki kebodohanku kali ini. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang. Pantas aku merasa begitu familiar dengan wajah namja ini dan juga Ahjushie Choi.

Seharusnya aku menyadari dari awal siapa sebenarnya namja ini. Dari marganya saja seharusnya aku sudah tahu. Pabo.. kenapa aku begitu bodoh dan lamban.

Benar, namja ini adalah pengusaha muda yang selalu dibicarakan Seohyun. Sahabatku satu itu memang memuja namja ini, dia selalu mengagumi sosok Choi Siwon. Namja yang telah sukses mengembangkan Hyundai Departmen Store dan satu hal lagi, namja ini adalah pewaris tunggalnya karena Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Siwon melirikku yang dari tadi menggigit bibir bawahku. Ia mengerutkan kening melihat tingkah anehku.

“kenapa kau menggigit bibir bawahmu Raena-ssi? Apa kau begitu gugup bertemu lagi dengan appa dan eomma?” tanyanya tetap dengan mengerutkan kening.

“emm.. sepertinya begitu Siwon-ssi” aku menjawabnya dengan asal. Aku tak ingin Ia sampai mengetahui apa yang sedang kupikiran saat ini.

Aku membungkuk hormat pada Ahjushie dan Ahjumma Choi. “annyeong ahjusie dan ahjuma.” Dengan gentlenya Siwon menarikkan kursi untukku setelah Ahjushie dan Ahjumma Choi membalas salamku.

“emm.. apa Jiwon-ah tidak ikut makan siang bersama kita ahjumma” tanyaku sopan.

“aniyo Raena-ah, Jiwon sedang kuliah dan tadi Ia menelpon bahwa akan makan siang bersama teman-temannya di kampus”

“oooo begitu, Jiwon-ah kuliah dimana ahjumma?” aku kembali bertanya untuk menghilangkan rasa tegang yang kurasakan saat ini.

“Jiwon kuliah di Seoul National University, jurusan Design semester 4” Ahjushie Choi menjawab pertanyaanku.

“wawww… aku yakin, Jiwon-ah pasti akan menjadi designer terkenal nanti.” pujiku.

“itu memang cita-cita utamanya Raena-ah” jawab Ahjumma Choi bangga.

Aku tersenyum mendengar jawaban Ahjumma Choi. Kami pun mulai makan dengan tenang. Setelah makan, ahjusie dan ahjumma choi mengajak kami ke taman belakang. Kami duduk di gazebo yang menghadap ke kolam renang yang berwarna biru seperti laut. Suasana disini sangat nyaman. Aku kembali mengagumi desain rumah ini.

3 pelayan membawa berbagai buah-buahan, camilan dan juga jus yang terlihat sangat segar dan meletakkannya di atas meja dihadapan kami saat ini. Mereka membungkuk hormat dan kembali kedalam rumah setelah memastikan tak ada lagi yang dibutuhkan oleh majikan yang sangat mereka hormati.

Ahjumma Choi menyeruput jus melonnya dan mengambilkan jus melon itu untukku juga. Aku menyeruputnya setelah mengucapkan terima kasih. Seperti dugaanku tadi. Jus ini sangat segar dan rasanya benar-benar nikmat. Aku menyeruputnya lagi dan berkata “mashitta”. Siwon tersenyum geli melihat tingkahku.  Begitu juga dengan Ahjushie dan Ahjumma Choi. Aku yakin kalau wajahku sudah semerah tomat sekarang karena menahan malu.

“kau lucu sekali Raena-ssi” kata Siwon dan tetap tersenyum geli.

“sudah Siwon-ah, jangan meledek Raena lagi. Apa kau tidak lihat wajahnya sudah semerah tomat?” sepertinya sifat Siwon yang sedikit jahil ini turunan dari appanya. Batinku.

“aigo.. calon menantu eomma ini sangat lucu.” Perkataan Ahjumma Choi kontan membuatku tersedak.

“uhukkkk”

“gwenchana?” tanya Siwon sambil menepuk-nepuk punggungku.

“gwenchanayo Siwon-ssi.” balasku.

“Raena-ah, ahjusiie telah menghubungi orang tuamu dan membicarakan masalah pernikahan kalian berdua. appa dan eommamu telah menyetujuinya.”

“mwo????” pekikku.

“ne.. Raena-ah. Pernikahan kalian akan dilaksanakan minggu depan dan orang tuamu akan pulang secepatnya ke Seoul”

“mwo? Minggu depan?” kali ini Siwon yang memekik mendengar ucapan eommanya.

“ya, minggu depan dan ini atas usulan Hyena-ssi.”

“darimana ahjumma tahu nama eomma?” tanyaku penasaran.

“seharusnya kau mengatakan dari awal kalau kau adalah putri tunggal dari Im Changmin dan Lee Hyena, Raena-ssi.”

“mianhae.. apa maksud ahjumma? Aku tidak mengerti.”

“awalnya, ahjumma sedikit terkejut ketika appamu mengatakan kalau Ia adalah Im Changmin. Appamu adalah sahabat dekat appanya Siwon ketika SMA dan eommamu adalah sahabat dekat ahjumma dari kecil. Kami adalah sahabat dekat tapi sejak appamu dan appanya Siwon sibuk dengan urusan business, kami sudah jarang bertemu lagi. Ahjumma sangat lega mengetahui siapa orang tuamu karena memang sejak kalian kecil, kami sudah berniat untuk menjodohkan kalian berdua.” Jelas ahjumma dengan senyuman lebar.

“mwo???” kali ini aku dan Siwon memekik secara bersama.

“oleh karena itu, kami sudah menetapkan pernikahan kalian akan dilangsungkan minggu depan. Kalian tidak perlu khawatir, semua kebutuhan pernikahan akan diurus oleh eommamu Siwon-ah dan juga eommamu Raena-ah.” Kata Ahjusiie Choi.

“ne… kami akan mengurus semuanya. Kalian berdua tenang saja. Serahkan pada eomma dan Hyena. Eomma pastikan pernikahan kalian akan berlangsung dengan sangat mewah dan meriah.” Kata Ahjumma Choi dengan sangat antusias.

“tapi eomma, kami kan ….”

“tidak ada tapi-tapian lagi Siwon-ah. Ini sudah menjadi keputusan kedua keluarga. Kalian jangan pernah berharap akan membatalkan pernikahan ini.” kata Ahjumma Choi dengan sangat tegas dan mendapatkan anggukan dari Ahjusiie Choi.

Orang tuaku adalah harapan kami satu-satunya untuk membatalkan pernikahan ini tapi nyatanya mereka malah sangat mendukung keputusan Ahjusie dan Ahjumma Choi. Sekarang,  Aku dan Siwon hanya bisa pasrah dengan semua ini. Sepertinya kami memang harus melangsungkan pernikahan ini walau tanpa cinta. Otthokae????

TBC……

Gimana chingu?

Walau gaje, tetep di comment ya chingu…

Gomawo udah baca

*bow*

About choireri

I'm not a writter, but I LIKE writing. Siwon is my priority bias and I like YoonWon + SeoKyu too ^^ author at CRFF

Posted on April 15, 2012, in Chapter, Fan Fiction and tagged , . Bookmark the permalink. 32 Comments.

  1. Hahah…sepertinya siwon dan raen memang ditakdirkan bersama 😍

Leave a reply to nur Cancel reply